Apresiasi Siswa Tahfidz MAN 1 Yogyakarta, Wamenag: Beragama Tak Cukup Hanya Sekedar Menghapal Al-Qur’an
Diterbitkan Jumat, 27, Oktober, 2023 by Korps Nusantara
Yogyakarta – Berbicara tentang Moderasi Beragama, sebenarnya di Indonesia sudah sejak dahulu ada, seperti kata ‘Sembahyang’ yang lazim disebut oleh masyarakat Betawi sebagai pengganti dari kata ‘Sholat’.
“Saya asli Betawi, orang tua saya juga kelahiran Betawi, sejak dulu orang tua tidak pernah menyuruh saya ‘salat’ tapi sembahyang,” ungkap Wamenag Syaiful saat menghadiri acara Apresiasi Siswa Tahfidz MAN 1 Yogyakarta dan Seminar Moderasi Beragama, di Yogyakarta, Jumat, (27/10/2023).
Menurut Wamenag, Moderasi Beragama menjadi salah satu program prioritas dari Kementerian Agama (Kemenag) RI yang terus disosialisasikan dan digaungkan melalui berbagai kegiatan dengan kemudian melakukan penguatan praktik Moderasi Bergama tersebut.
“Maka kami memberikan apresiasi tinggi kepada MAN 1 Yogyakarta yang meraih Juara I Kategori Madrasah Moderasi Beragama Tingkat Nasional yang digelar Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI,” ungkap Wamenag Syaiful.
Sebelumnya, dihadapan Wamenag, Kakanwil Masmin Afif menyebut sejumlah torehan prestasi MAN 1 Yogyakarta. “Selain dikukuhkan Juara I Madrasah Moderasi Beragama, siswa MAN 1 Yogyakarta berhasil Juara ll Lomba International Robotics di Malaysia dan sejumlah ajang internasional lainnya,” ungkap Masmin.
BACA JUGA:
Kasus Penistaan Agama Panji Gumilang Segera Di Sidang
Wamenag Berharap Alumni PKN XVI Jadi Pemimpin Perubahan Di Masyarakat
Lanjut Wamenag dalam sambutannya mengisahkan pada masa Khulafaur Rasyidin, dimana Khalifah ke-4 yaitu Sayyidina Ali bin Abi Thalib terbunuh oleh rakyatnya sendiri yang bernama Abdullah bin Muljam At-Tamimy. Alasan mengapa Ibnu Muljam membunuh Ali bin Abi Thalib antara lain karena ia menganggap bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib telah menyimpang dari ajaran Islam. Ia juga tidak setuju dengan kebijakan-kebijakan politik Ali, terutama ketika menyelenggarakan arbitrase(berdamai) dalam konflik politik dengan dengan lawan politiknya Muawiyah bin Abu Sufyan di Shiffin.
Karena alasan dianggap menyimpang dari ajaran agama [barangkali kalau sekarang disebut “penista agama”], Ibnu Muljam menganggap dirinya sebagai penganut agama yang paling benar, dan yang lainnya dianggap salah. Dan yang paling ekstrem, dia berani membunuhnya atas nama ajaran agama.
Ini yang perlu diantisipasi oleh kita semua, lanjut Wamenag dalam sambutannya, termasuk para pendidikan pada umumnya dan para guru pembina tahfidz yang saat ini akan diberi penghargaan karena hafalan Al-Qurannya. Program tahfidz ini sangat baik, namun jangan sampai muncul cara pandang bahwa merasa cukup untuk menjadi anak yang shalih dengan menghafal Al-Quran.
Perlu ditambahkan bagi para siswa untuk melakukan kajian yang lebih mendalam dalam memahami Al-Quran, yakni mendalami dan mengkaji tafsirnya. Tidaklah cukup kita beragama hanya memahami terjemahannya. Hal ini dilakukan agar para anak-anak kita titak mudah menjadi generasi yang “mabuk agama”.
Saat ini, potensi kemunculan “ibnu muljam-ibnu muljam” baru di era mabuk agama cukup banyak dan perlu berhati-hati.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan adanya tiga kelompok yang patut diwaspadai. “Pertama, kelompok-kelompok klaim kebenaran tunggal, merasa paling benar. Mereka yang merasa menjadi Wakil Tuhan di mula bumi,” terangnya.
“Kedua, kelompok eksklusif. Mengembangkan ajaran yang jauh dari moderat. Dan ketiga kelompok pengusung ideologi trans-nasional,” ungkapnya.
“Alhamdulillah Presiden Joko Widodo telah membubarkan organisasi pengusung ideologi trans nasional yang bercita-cita mendirikan khilafah di negara kita, sebuah sistem negara yang akan menghilangkan teritorial, akan membubarkan NKRI,” tandasnya.
Turut mendampingi Wamenag, Kakanwil Kemenag DI Yogyakarta Masmin Afif, Kepala Bagian Tata Usaha Muntolib, Kabid Pendidikan Madrasah Abd. Suud, Kakankemenag Kota Yogyakarta Nadhif, dan Kepala MAN 1 Yogyakarta Wiranto Prasetyahadi.
Dalam kesempatan tersebut juga diwarnai prosesi wisuda tahfidz 125 siswa MAN 1 Yogyakarta. Bahkan 11 siswa diantaranya merampungkan hafalan 30 juz dan diwisuda langsung oleh Wamenag. (Waké).