PDIP Ditantang Pecat Jokowi dan Gibran, Buntut Adian dan Puan Beda Soal Isu Jokowi Minta Tiga Periode
Diterbitkan Kamis, 26, Oktober, 2023 by Korps Nusantara
JAKARTA – Wakil Ketua Tim Koordinasi Relawan Pemenangan Pilpres (TKRPP) PDI-P, Adian Napitupulu membeberkan asal muasal persoalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan PDI-P diduga disebabkan oleh hal sederhana.
Menurut Adian, persoalan bermula dari PDI-P yang tidak mengabulkan permintaan Jokowi untuk memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden menjadi tiga periode dan menambah masa jabatan.
“Nah, ketika kemudian ada permintaan tiga periode, kita tolak. Ini masalah konstitusi, ini masalah bangsa, ini masalah rakyat, yang harus kita tidak bisa setujui,” kata Adian dalam keterangan tertulisnya, dilansir Kompas, Rabu (25/10/2023).
Menurut Adian, PDI-P menolak permintaan tersebut karena tidak ingin mengkhianati konstitusi.
Ia juga menegaskan bahwa PDI-P ingin menjaga konstitusi karena terkait dengan keselamatan bangsa dan negara serta rakyat Indonesia.
“Kemudian, ada pihak yang marah ya terserah mereka. Yang jelas kita bertahan untuk menjaga konstitusi. Menjaga konstitusi adalah menjaga republik ini. Menjaga konstitusi adalah menjaga bangsa dan rakyat kita,” ujar Adian.
“Kalau ada yang marah karena kita menolak penambahan masa jabatan tiga periode atau perpanjangan, bukan karena apa-apa, itu urusan masing-masing. Tetapi memang untuk menjaga konstitusi. Sederhana aja,” katanya lagi.
BACA JUGA:
Gibran Resmi Cawapres Prabowo, Gerindra Enggan Berpolemik Status Gibran Kader PDIP
Puan Maharani Tunjuk Basarah Dan Adian Napitupulu Koordinir Relawan Ganjar Pranowo
Anggota Komisi VII DPR ini lantas mengaku tidak antipati dengan Jokowi. Tetapi, ia menyesalkan perubahan Jokowi yang begitu cepat terhadap PDI-P.
Padahal, menurutnya, partai banteng moncong putih itu sudah memberi segalanya untuk Jokowi dan keluarganya mulai dari menjadi Wali Kota Surakarta dua periode, Gubernur DKI Jakarta dan presiden dua kali.
“Ada sejarah begini, dulu ada yang datang minta jadi wali kota dapat rekomendasi, minta rekomendasi, dikasih. Minta lagi dapat rekomendasi, dikasih lagi. Lalu, minta jadi gubernur, minta rekomendasi dikasih lagi. Lalu, minta jadi calon presiden, minta rekomendasi dikasih lagi. Kedua kali dikasih lagi,” ujar Adian.
“Lalu, ada lagi minta untuk anaknya dikasih lagi. Lalu, ada diminta untuk menantu lalu dikasih lagi. Banyak benar,” katanya lagi.
Akan tetapi, Adian kini mengaku sama sekali tidak peduli pada Jokowi beserta keluarganya. Sebab, mereka disebut berpaling dari PDI-P.
Saat ini, ia mengatakan, PDI-P hanya memikirkan bagaimana memenangkan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD sebagai bakal pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres).
Ia mengaku bahwa status Gibran di PDI-P akan diserahkan pada DPP dan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.
“Tugas saya menggalang suara, menggalang kekuatan untuk memenangkan Ganjar. Bagaimana Gibran tidak saya pikirkan. Bagaimana Jokowi enggak saya pikirkan. Yang saya pikirkan adalah bagaimana menambah suara satu, satu, satu terus setiap hari untuk Ganjar,” ujar Adian.
BACA JUGA:
Puan Maharani Nikmati Akhir Pekan Santai di Solo Bersama Gibran
Alim Bara: Paslon Prabowo – Gibran Langkah Pasti Menuju Indonesia Emas 2045
Gibran Pilih Jadi Cawapres Prabowo, Perang Dingin Jokowi Dan Megawati Dimulai
Terpisah, Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani memastikan Presiden RI Joko Widodo tidak pernah meminta perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
“Enggak, enggak pernah. Setahu saya enggak pernah beliau meminta untuk perpanjangan tiga periode,” kata Puan Maharani di Jakarta, Rabu
Sesuai dengan konstitusi, kata Puan, presiden memegang jabatan selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
“Jika kemudian ada perpanjangan masa jabatan itu, mekanismenya dari mana? Kemudian seperti apa?” kata Puan.
Ketua DPP PDI Perjuangan ini melanjutkan, “Waktu itu ‘kan tidak ada mekanisme yang memungkinkan untuk melakukan perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.”
BACA JUGA:
Puan Tegaskan Gibran Belum Mundur Diri Dari PDIP
Athari Optimis Nagari Lebih Maju Apabila Perempuannya Berdaya
Korps Nusantara: Merinding Lihat Antuasias Warga Atambua Sambut Prabowo
Puan juga membantah adanya video viral presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menghempaskan tangannya kepada Presiden Jokowi.
“Mengempaskan tangan ‘kan karena itu ‘kan yang turun tangga itu ‘kan? Turun tangga itu sudah pegangan sama Mas Ganjar, kemudian enggak lihat. Namanya turun fokus pada tangga, jadi enggak ada saling empas,” kata dia.
Ia mengatakan bahwa kasih ibu itu sepanjang masa, dan itu cuma urusan turun tangga saja.
“Itu enggak ada sama sekali,” kata Puan.
BACA JUGA:
Puan Maharani Tegas Bantah Ucapan Adian Soal Jokowi Minta Tiga Periode
Resmi Daftar Ke KPU, Korps Nusantara Optimis Prabowo Gibran Menang Satu Putaran
Puan Maharani Nikmati Akhir Pekan Santai di Solo Bersama Gibran
Terpisah, Atas pernyataan politisi PDIP itu, Waketum Partai Garuda Teddy Gusnaidi pun angkat suara. Partai Garuda yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) pengusung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menantang PDIP untuk memecat keduanya jika memang sudah tak dibutuhkan partai.
“Pecat saja Jokowi dan Gibran. Tapi jika masih butuh jangan banyak lagak,” tulis Teddy melalui akun X, Kamis (26/10/2023) dilansir Jawa Pos.
Menurut Teddy Gusnaidi, isu yang dilemparkan oleh Nadian Napitupulu tentang PDIP yang menolak permintaan Jokowi untuk perpanjangan jabatan presiden tiga periode itu, telah terbantahkan. Mengingat pihak-pihak yang setuju jabatan presiden tiga periode justru dari internal PDIP.
“Silakan gunakan mekanisme internal untuk memecat mereka, bukan malah membuat isu 3 periode keinginan Jokowi. Makin lama makin frustasi sehingga jadinya halusinasi, segala cara dihalalkan untuk menjatuhkan Jokowi,” ujarnya.
Teddy pun menyatakan agar tak mengada-adakan masalah yang tidak ada. Bahkan, jika sudah tak sejalan, lebih baik partai bisa mengeluarkan kadernya tersebut.
“Kalau dianggap tidak sejalan, keluarkan saja mereka dari partai, ini mudah. Menjadi tidak mudah kalau ternyata yang ingin menjatuhkan Jokowi, ternyata masih butuh suara pendukung Jokowi,” pungkas Teddy Gusnaidi.
(TIM)